Forum Budaya Mataram (FBM) Usulkan Patung PB X Sebagai Icon Pahlawan Nasional Di Kota Solo

banner 120x600
banner 468x60

Solo – Pakoebuwono X atau dikenal PB X, adalah sosok raja dari Keraton Surakarta yang dikenal progresif pada masanya. Ia memimpin pada periode pada tahun 1893–1939 dan aktif dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, hingga kesehatan. Pada tahun 2023, pemerintah pusat menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan.

Sebagai pengingat terhadap sejarah para Pahlawan Nasional, Yayasan Forum Budaya Mataram atau FBM mengusulkan PB X untuk dijadikan patung sebagai icon di Kota Solo.

banner 325x300

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum FBM, Dr. BRM Kusumo Putra, S.H., M.H., dan menjadi isu atau wacana dalam rapat kerja pengurus harian FBM pada Jumat (16/5/2025) di Sekretariat FBM, kawasan Sriwedari, Kota Surakarta.

“PB X adalah tokoh sentral dalam sejarah nasional. Patung ini bisa menjadi simbol pengingat bagi generasi muda tentang kontribusi besar beliau terhadap bangsa dan negara,” kata Kusumo dalam sambutannya.

Kusumo mengungkapkan bahwa PB X adalah salah satu raja Kasunanan Surakarta yang memiliki pengaruh besar tidak hanya dalam lingkup keraton, tetapi juga dalam dinamika pergerakan nasional. Ia dikenal mendukung lahirnya organisasi Budi Utomo dan Sarekat Dagang Islam, serta aktif membangun infrastruktur publik seperti rumah sakit, jalan, dan sekolah.

Selain itu, Kusumo juga beranggapan pembangunan patung ini tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga edukatif dan strategis sebagai bagian dari diplomasi budaya daerah. Dirinya tak segan melabeli ikon-ikon lokal berbasis sejarah dan nilai leluhur perlu diangkat di ruang publik sebagai bagian dari narasi besar kebangsaan.

Kusumo mengatakan, wacana atau usulan pembangunan ikon Kota Solo itu akan dikaji lebih lanjut oleh tim internal organisasinya FBM yang terdiri dari sejarawan, budayawan, dan akademisi.

“Kami akan mengkaji sisi historis, artistik, dan lokasi pembangunan yang tepat sebelum mengajukan secara resmi kepada pemerintah daerah,” terang Kusumo.

Dengan hal ini, dirinya memastikan bahwa FBM telah melakukan langkah preventif dalam menghadapi kekhawatiran akan semakin terkikisnya nilai-nilai kebudayaan lokal akibat arus modernisasi dan kebijakan pembangunan yang cenderung berpihak pada kepentingan ekonomi atau politik sesaat.

“Solo adalah jantung budaya Jawa. Sudah saatnya kita mengembalikan identitas itu ke panggung utama,” tandasnya.

Kusumo berharap akan muncul landmark yang bukan hanya mempercantik tampilan wajah kota, tetapi juga menguatkan akar sejarah dan kebudayaan Surakarta di mata publik nasional maupun internasional jika pembangunan patung PB X benar-benar terealisasi. (jen)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!