Dari Baret Jingga ke Bisnis Degan: Inovasi Serka Mega Untoro Angkat Derajat Kelapa Lokal

Bagaimana seorang prajurit TNI AU bisa mengubah kelapa muda biasa menjadi produk bernilai tinggi? Serka Mega Untoro, anggota Satuan Pertahanan Pangkalan (Sathanlan) Lanud Adi Soemarmo Solo, menunjukkan bahwa inovasi bisa lahir dari pengabdian. Meski terikat aturan militer, ia tetap menjadi pelopor usaha yang membantu masyarakat sekitarnya lewat olahan kelapa muda jeli dan racikan teh herbal.

banner 120x600
banner 468x60

Surakarta – Di balik ketegasan seragam TNI Angkatan Udara, Serka Mega Untoro menyimpan semangat wirausaha yang tak kalah kuat. Bertugas di Lanud Adi Soemarmo dan tinggal jauh di Sukoharjo, ia dikenal bukan hanya sebagai abdi negara, tapi juga sebagai inovator produk kelapa muda dan minuman herbal melalui PT Omah Degan Dejingga dan merek dagang “Rajanya Teh Solo.”

“Saya tidak berbisnis secara pribadi karena aturan TNI jelas melarang. Tapi saya menjalankan salah satu poin dari Delapan Wajib TNI: mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat,” tutur Mega saat ditemui di sela acara bincang pelaku kuliner di Pasar Klewer, Solo.

banner 325x300

Dengan prinsip “ATM: Amati, Tiru, Modifikasi”, Mega mengembangkan produk dari kelapa yang selama ini hanya dikonsumsi biasa menjadi lebih bernilai. Salah satunya adalah kelapa muda jeli, produk berbasis kelapa muda lokal yang kini tersebar di lebih dari 100 titik di Solo Raya, dari hotel hingga restoran.

Ia menekankan pentingnya inovasi dalam mengolah bahan lokal. “Kelapa itu banyak di sini. Bahkan jenis kelapa gading yang sering diabaikan saat tak ada acara adat, sekarang bisa saya olah menjadi kelapa diamond atau kelapa muda jeli,” ujarnya.

Uniknya, nama “Dejingga” berasal dari baret jingga yang ia kenakan sebagai pasukan Paskhas. “Saya ingin setiap produk saya punya filosofi dan kebanggaan,” tambahnya.

Selain kelapa, ia juga meracik berbagai minuman teh berbasis rempah seperti teh bunga telang dan sirup kawis yang diberi nama Kawisti. Produk ini bukan sekadar minuman, tapi bagian dari strategi pemberdayaan UMKM lokal. “Kami ingin para pelaku kuliner bisa ikut menjual dengan sistem reseller. Harganya bisa setengah dari harga pasaran di restoran,” jelas Mega.

Untuk produksinya, Mega bekerja sama dengan warga sekitar di kawasan Tawangsari, Sukoharjo. Ia mengaku memproduksi hingga 1.000 butir kelapa muda per hari. “Saya tidak mungkin mengerjakan sendiri. Tapi saya punya ide dan saya mau menciptakan lapangan kerja,” katanya.

Mega juga tengah menuntaskan studi S2 di bidang Manajemen, dengan tesis tentang pemberdayaan kelapa muda sebagai produk unggulan. “Sekarang pemasaran kami sudah masuk ke sosial media dan kanal digital lain, termasuk lewat testimoni di YouTube dan radio seperti ini,” ujarnya sembari menyuguhkan kelapa muda jeli kepada para pelaku kuliner yang hadir.

Dalam acara itu, pengunjung tampak antusias mencicipi produk. Salah satu yang memberikan testimoni positif adalah Lusy Caritas penyiar radio Gapuro Klewer, yang mengaku terkesan dengan rasa jeli yang lembut dan kesegaran air kelapanya. “Rasanya glender-glender, bukan agar, bukan puding, tapi bikin nagih,” ucapnya.

Di akhir sesi, Mega berpesan: “Kita hidup hanya sekali. Jangan sekadar jadi orang yang memanfaatkan, tapi jadilah yang bermanfaat. Niat itu jalan, modal utama bukan uang, tapi kemauan.”

Catatan Redaksi:
Serka Mega Untoro tidak menjalankan bisnis pribadi, namun berperan sebagai inisiator pemberdayaan masyarakat melalui produk olahan kelapa dalam bentuk koperasi dan kemitraan sosial. Semua aktivitas di luar dinas dijalankan sesuai koridor hukum dan etika militer.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!