Solo – Data Pengangguran Terbuka (DPT) Kota Solo mengalami peningkatan dari tahun 2024 ke 2025 sebesar 0,03 persen. Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Solo, Widyastuti Pratiwiningsih.
Kepala Disnaker Solo ini menjelaskan bahwa tahun 2025 dinyatakan naik menjadi 4,61. Kenaikan tersebut dikatakannya karena banyaknya kasus PHK dan penutupan perusahaan di Kota Solo.
Hal ini tentunya menggugah nurani Dr. BRM Kusumo Putro S.H., M.H., sosok pengamat pendidikan, politik, sosial dan budaya, serta pengacara kondang Kota Solo yang mengkritik angka kenaikan pengangguran di Kota Solo.
“Saya berani menyatakan bahwa tingkat pengangguran warga Solo di usia produktif masih tinggi, baik itu dari lulusan SMA / SMK maupun dari lulusan perguruan tinggi,” tutur kusumo saat ditemui media Senin (3/2/2025).
Banyaknya sekolah SMA / SMK / serta sekira 72 Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta menurutnya belum mampu membuat warga Solo meraih kesejahteraan secara mandiri, yakni mendapat pekerjaan yang layak di kotanya sendiri. Sehingga membuat amak anak lulusan SMA/SMK dan Perguruan tinggi harus merantau untuk dapat bekerja dengan upah minimum karyawan yang lebih tinggi dibanding Kota Solo.
Menurutnya, dari keseluruhan jumlah pengangguran di Solo paling banyak adalah dari lulusan SMA / SMK. Mereka bahkan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor ekonomi, serta kesulitan mendapatkan pekerjaan.
“Pesatnya pembangunan infrastruktur dan masuknya investor yang harus menjalankan usaha bisnis di Kota Solo, tapi malah justru warga Solo hanya bisa jadi penonton di kotanya sendiri, ini sangat miris,” papar Kusumo.
Kusumo tentunya berharap bahwa di tahun 2025 tersebut seharusnya lapangan pekerjaan dipermudah, agar anak-anak lulusan SMA/SMK dan lulusan PTN/PTS asli Kota Solo dapat bekerja di tempat kelahirannya, tanpa jauh dari keluarga, dan tentunya dengan upah yang betul-betul mensejahterakan karyawannya. (jen)